Karya Tulis Cerpen Terimakasih atas RahmatMu yang akan di tampilkan pada hari ini , semoga cerpen ini dapat menyadarkan kita untuk selalu mengingat Allah dan jangan di contoh yang buruknya ya.
Cerpen Terimakasih atas RahmatMu
Zaman telah berubah teman, tapi... apakah zaman akan merubah mu, merubah langkah mu, merubah tujuan hidup mu?? Aku, tidak. Hari ini aku meratapi nasib semua orang, bagaimana mungkin kita lupa kepada sesuatu yang maha segalanya, sedangkan kita selalu mendapatkan karunia, dan nikmatnya, mampukah kita sadar akan hal itu. Bagai mana kalau bumi berhenti berputar, bagai mana kalau matahari tak lagi bersinar, bagai mana kalau udara tak lagi dapat di hirup. Bagaimana? Apa yang dapat kita lakukan? Entahlah, tidak ada satu orangpun yang tahu.
Pagi begitu cerah, secerah yang selalu diberikan oleh Allah, aku tinggal disebuah desa, desa yang cukup asri dan makmur, apa kalian tahu satu hal, di desaku tidak ada orang yang termasuk dalam golongan benar-benar miskin, karena kami hidup makmur dengan hasil pertanian dan pertenakan yang kami miliki. Hidup adalah perjuangan, dan itulah yang aku pelajari disini.
Tapi.., satu hal yang kami lupa , bagaimana cara bersyukur, entah sejak kapan rasa syukur itu telah hilang dari hati kami semua, aku ingat satu hari, dikala aku masih kelas tiga SD, itu terakhir kalinya aku sholat idul fitri di mesjid desaku, terfikir oleh ku, berapa lama kami telah melupakan kewajiban kami, dan bagaimana kami bisa lupa akan semua itu.
Mesjid itu kami bangun sudah sejak lama, mungkin sekitar 12 tahun yang lalu, mesjid yang awalnya benar-benar kami cintai, kami lindungi dan kami rawat, tetapi sekarang..
Mesjid itu memang tidak terlalu besar, tetapi cukup untuk menampung hampir setengah dari warga desa. Lihatlah di sekeliling mesjid, banyak dedaunan yang berserakan, pasirpun memenuhi lantai mesjid itu, sarang laba-laba hampir menutupi setiap jengkal plafon yang ada, halaman mesjid juga di tumbuhi oleh rerumputan yang hampir menutupi semua tanah yang ada, begitulah kondisi mesjid itu, tak pernah terbayangkan olehku sama sekali.
Aku adalah anak yatim piatu, ayah dan ibu ku telah meninggal sejak umurku 4 tahun mereka meninggal karena kecelakaan lalulintas, semenjak itu aku tinggal dirumah bibi ku, ayah dan ibu pernah berpesan agar kelak aku disekolahkan dipasentren, kedua orang tua ku berharap agar aku menjadi anak yang soleha, dan aku selalu berusaha menjadi seperti itu sampai saat ini.
Masa liburku, ku habiskan tinggal dirumah bibi ku, di kampung halaman ayah dan ibu, dan juga bisa dibilang di kampung halaman ku sendiri. Hari ini seperti biasa, aku berjalan-jalan pagi di sekitar desa, rindu akan suasana disini, suasana yang sudah lama tidak aku rasakan, langkahku tiba-tiba terhenti, aku melihat bangunan yang tak pernah asing dimataku, walau bentuknya semakin menua. Aku melihat jam di tangan kanan ku, jam itu menunjukan jam 10 pagi, masih sempat, fikir ku.
“bu, apa ibu mau membatu saya membersihkan mesjid??” tanya ku kepada seorang ibu-ibu yang sedang memandikan anaknya.
“aduh, maaf neng!! Saya sedang memandikan anak saya!! ” jawab sang ibu itu
“ kalau begitu, bagaimana setelah memandikan anak ibu ” tanya ku lagi
“maaf neng, tapi.. setelah ibu memandikan anak ibu, ibu akan memasak dan mencuci ” jawab sang ibu dengan alasan yang sangat banyak
“oh..!! tidak apa buk, tapi.. bolehkah saya meminjam sapu dan peralatan kebersihan” tanya ku dengan lembut
“em.., tentu neng !!”
Alasan pasti selalu ada, kegiatan memang menjadi sesuatu hal yang wajib, tetapi.. bagaimana caranya agar kita bisa membagi waktu walau hanya sebentar, satu yang membuat ku bertanya-tanya, bagaimana mungkin ibu itu dan keluarganya tidak pernah mempunyai niat untuk membersihkan mesjid itu, sedangkan mereka memanfaatkan sumur yang ada dimesjid untuk keperluan sehari-hari mereka.
Aku menggambil alat pembersih itu, dan aku langsung segera membersihkan mesjit dengan sangat cepat, aku berharap mesjid ini bisa digunakan untuk sholat zuhur berjamaah.
Aku tahu ini sangat berat bagi ku, tapi.. aku mencoba, walau terasa lelah dan capek, 2 jam sudah aku berkutik dengan bangunan tersebut, dan sekarang semuanya cukup bersih, setidaknya, lebih bersih dari yang semula.
Aku pulang kerumah, dan membersihkan diriku, hendak bersiap sholat berjamaah di mesjit desa. Jam 11.30 wib, aku tiba di mesjit, ketika masuk mesjit aku langsung membaca ayat suci alquran, agar kemudahan selalu berada di didekat kami semua, 30 menit lagi saatnya azan zuhur, baru aku sadar, tidak ada seorang muazin disini, aku bertanya didalam hati, siapa yang akan menjadi muazin, tidak ada satu orang pun yang terlitas difikiran ku, aku seegera keluar mencari seorang laki-laki, disana aku melihat seorang bapak-bapak yang kelihatan terburu-buru
“maaf pak, apa bapak bisa azan sebentar, sekarang hampir masuk waktu zuhur pak, dan tidak ada seorang muazin disini ” kataku menanyakan kepada bapak itu
“maaf nak !! Saya harus buru-buru ke pabrik, ada pertemuan disana, cari orang lain saja ya nak” kata bapak itu menjelaskan, kemudian ia berlalu meninggalkan aku sendirian
Aku melihat lagi 2 orang bapak-bapak, mereka sedang berjalan hendak pergi kesuatu tempat, baju mereka sangat bagus, dan sepertinya mereka ingin pergi kesuatu pertemuan atau kesebuwah acara
“bapak, apa diantara bapak ada yang mau azan, karena sebentar lagi hampir memasuki waktu sholat zuhur ”
“maaf nak, bapak harus segera ke pesta pernikahan, bapak sebagai saksi disana, cari yang lain aja ya !!”, kedua bapak itu juga pergi meninggalkan ku
Apa yang aku lakukan sekarang, sedang waktu yang tersisa hanya 10 menit lagi, aku melihat sekelompok mahasiswa, aku mendekati mereka dan bertanya
“maaf, apa ada salah satu dari kalian yang bisa azan di mesjit, waktu sholat akan segera tiba”
salah satu laki-laki menjawab, “ maaf dik, kami harus segera pergi belajar kelompok, besok kami akan ujian, maaf ya” mereka juga pergi meninggalkan ku.
Aku tahu satu hal, sudah tidak ada waktu yang tersisa lagi, waktu sholat hanya tinggal 5 menit, aku berjalan dengan lemah menuju mesjit, “apa yang terjadi disini”, aku bertanya dalam hati.
Aku terduduk di dalam mesjid dan bersujut, berkata dalam hati “ya... Allah, engkau maha segalanya, kenapa kau jadikan hambamu menjadi seperti ini? Apa yang salah pada kami ya Allah, apa yang salah sehingga kami harus menerima hukuman mu, ya.. Allah, jangan pernah kau hukum kami semua dengan hukuman ini, kuatkanlah hati kami ya.. Allah, kuatkanlah iman kami ya.. Allah, jangan pernah kau palingkan kami dari petunjuk mu ” aku benar-benar merasa kacau, apa yang sedang terjadi, kenapa tidak ada satupun yang mau mengingat Allah, kenapa? Apa ini hukuman yang paling mengerikan yang Allah berikan, hukuman yang membuat kami lupa akan dia, lupa akan kebesarannya.
“Allah...hu..ak..bar allah... hu..ak.. bar”
Suara itu mengagetkan ku, Allah hu akbar ucapku takjup, aku melihat sosok itu, ternyata dia adalah seorang ustad, entah dari mana ustad itu datang. “Engkau maha pengasih lagi maha penyayang ya.. Allah” ucapku dalam hati
Tiba-tiba aku melihat keluar mesjid, subhannallah ucapku penuh takjub, masyarakat desa datang, mereka datang untuk sholat berjamaah, mereka semua telah datang. Terimakasih ya..Allah, terimakasih atas rahmat mu.
NB : yang paling penting dari semuanya adalah ketika hati mu bergetar disaat mendengar nama Allah.
Sabtu, 17 Desember 2011
Kumpulan Cerpen Terimakasih atas RahmatMu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar